Nama :
Faris Waqi Alkaf
NPM :
201401500303
SEJARAH PERKEMBANGAN IPA
a. Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno
berasal dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil
percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial
and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya,
belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan
menulis membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul dicatat secara
tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan
peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan pembagian waktu, tahun
dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam 24 jam.
Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan
enam puluh ini juga digunakan untuk
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit,
60 menit sama dengan 1 derajad dan satu lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan
terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi
kira-kira 3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun
piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di
sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik
bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang
lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama
dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua
belas kuadrat kelilingnya.
b. Zaman Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat
sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari
bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima
pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara
spekulatif mencoba mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala
sesuatu.
1.Thales
(624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari
segala cabang ilmu. Ia dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar dari
alam dan segala isinya. Thales berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah
air: dari air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping
itu dia juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan
bulan menerima cahaya dari matahari.
2.
Anaximenes (588-526 SM)
Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala
zat terjadi dari udara yang merapat dan merenggang. Pendapat ini mungkin
dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernafasan.
3.
Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat langit dengan segala isinya itu
mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separohnya
4.
]Heraklitos (535-475 SM)
Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu,
sebab api ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang
berubah-ubah sifatnya didalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan,
segala sesuatu adalah mengalir.
5.
Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air,
udara, dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu
bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segi tiga siku-siku sama dengan jumlah
kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya.
6.
Empedokles (495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan
menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu
dalam perbandingan yang berbeda. Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin,
basah dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi, panas dan kering unsur
pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara dari basah dan panas. Selain
itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik menarik,
sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
7.
Leukippos dan Demokritos (460-370 SM)
Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu
Leukippos & Demokritos mengemukakan
teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun
butir. Segala zat terdiri atas atom, yang tidak dapat dibagi, tak dapat
dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunan
atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan
penguraian atom menurut hukum sebab akibat.
Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan. Yang ada hanyalah atom dan kehampaan
8.
Plato (427-345 SM)
Menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa
kebaikan dan keindahan itu timbul dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan
bahwa pengetahuan yang benar adalah yang sejak semula telah ada dalam alam
pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh pancaindera hanyalah bayangan
belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah dibawa oleh roh dari
alam yang gaib.
9.
Aristoteles (384-322 SM)
Menerima 4 unsur dasar: tanah, udara, air dan
api dan menambahkan unsur yang kelima
yaitu eter atau “quint essentia”. Ia menganggap
unsur yang satu dapat berubah menjadi unsure yang lain, kecuali eter yang tak
dapat berubah. Dari air dan tanah yang menjadi masak terjadi garam, biji dan
logam. Emas adalah logam yang tidak mengandung tanah. Logam perak, tembaga,
timah putih dan besi, pada dasarnya banyak mengandung tanah. Semua logam akan
mengalami proses memasak menjadi logam mulia, yaitu emas.
Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur lain
inilah yang menjadi dasar dari alkimia untuk mengubah logam biasa menjadi emas.
Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa
untuk mencari pengetahuan yang benar adalah dengan jalan pikiran secara
deduktif. Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan
yang benar itu berasal dari dunia yang gaib.
Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan
pancaindera.
10.
Ptolomeus (127-151)
Berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagat raya,
bintang dan matahari mengelilingi bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui
orbitnya sendiri dan terletak antara bumi dan bintang. Karya Ptolomeus ditulis
sekitar tahun 150 dan diberi nama Syntaxis, yang kemudian oleh bangsa Arab
dinamakan Almagest yang menjadi ensiklopedia dalam ilmu perbintangan.
Pendapat dan pandangan dari Aristoteles serta
Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai dengan menjelang zaman modern, yaitu
sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan heliosentris (matahari
sebagai pusat jagat raya).
c. Zaman Pertengahan
Zaman
Alkimia (abad 1-2)
Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur
dan bahkan menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini
pengertian usur lebih dimaksudkan sebagai sifatnya daripada unsur itu
sendiri.
Air raksa = logam yang mudah menjadi uap.
Belerang = mudah terbakar dan memberi warna.
Garam = tak dapat terbakar dan bersifat tanah.
Zaman
Latrokimia (latros = Tabib)
Beberapa cendekiawan Islam diantaranya :
Al
Khowarisni (825)
Menyusun buku Aljabar dan Artimatika yang
kemudian mendorong
penggunaan sistim desimal. Menurut catatan
sejarah karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya bangsa Hindu yang
bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar Khayam (1043-1132)
ahli matematika dan
astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980-
1137) menulis buku tentang kedokteran.
Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam
pengembangan pengetahuan alam adalah:
1). Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani, mengembangkannya
dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
2). Mengembangkan metode eksperimen sehingga
memperluas pengamatan dalam lapangan kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia
dan biologi.
3). Memantapkan penggunaan sistim penulisan
bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan posisi letak, artinya nilai
suatu angka terletak pada letaknya.
Contoh :
Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan,
berturut-turut kebelakang, satu ratusan, tiga puluhan dan dua satuan. Cabang
matematika elementer yaitu aljabar diawali dan dikembangkan bangsa Arab.
d. Zaman Modern, Timbulnya Ilmu
Pengetahuan Alam
Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani
sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi belum sistimatis dan belum
dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya pemikiran diwarnai cara
berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah alat sempurna dikembangkan
metode eksperimen.
Roger
Bacon (1214-1294)
Menyatakan bahwa pada hakekatnya ilmu
pengetahuan alam adalah ilmu yang berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan
dibentuk dari pengalamnan, penyelidikan dan percobaan. Matematika merupakan
dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk mencari kebenaran dalam ilmu
pengetahuan.
Leonardo
da Vinci (1452-1519)
Pernah menyatakan bahwa: Percobaan tidak mungkin
sesat, yang tersesat adalah pandangan dan pertimbangan kita.
Francis
Bacon (1561-1626)
Berpendapat bahwa cara berfikir induktif
merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran. Hanya percobaan dan
penyelidikan yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam.
Mulai saat itu kegiatan eksperimen
ditingkatkansehingga cara memperoleh pengetahuan dilakukan dengan
langkahlangkah:
1). Observasi dan pengumpulan data
2). Menyusun model atau ramalan generalisasi
3). Melakukan eksperimen untuk menguji ramalan
atau generalisasi
sehingga diperoleh kesimpulan atau hukum yang
lebih mantap.
Nicolas
Copernicus (1473-1543)
Ahli astronomi, matematika dan pengobatan.
Karyanya al:
1). Matahari adalah pusat dari sitim tatasurya (heliosentrisme)
2). Bumi mengelilingi matahari sedangkan bulan
mengelilingi bumi.
Johannes
Keppler (1571-1630)
1). Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2). Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung
antara planet dan matahari selalu melintas bidang yang luasnya sama
3). Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan
sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga
dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari.
Galileo
Galilei (1546-1642)
Antara lain menemukan 4 hukum gerak, penemuan
tata bulan planet Jupiter, mendukung heliosentrisme dari Copernicus dan hukum
Keppler. Ia juga menyatakan bahwa bulan tidak datar, penuh dengan gunung,
planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan
4 buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini didasarkan atas pengamatan
dengan alat teropong bintangnya.
Perkembangan IPA sangat pesat setelah
dikenalkannya konsep fisika kuantum dan relativitas pada abad 20. Konsep yang
modern ini mempengaruhi konsep IPA secara keseluruhan dan menyebabkan adanya
revisi serta penyesuaian-penyesuaian konsep ke arah yang modern. Dengan
demikian, terdapat dua konsep IPA yang berkembang, yakni IPA Klasik dan IPA
Modern.
E. IPA
KLASIK DAN IPA MODERN.
a.
Pengertian IPA Klasik
IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori.
IPA klasik merupakan suatu proses IPA di mana teori dan eksperimen memiliki peran saling melengkapi dan memperkuat. IPA klasik memiliki kajian yang bersifat makroskopik, yakni mengacu pada hal-hal yang berskala besar dan kaidah pengkajiannya menggunakan cara tradisional. Di samping kajian yang bersifat makrokopis, ciri lain IPA klasik adalah lebih mendahulukan eksperimen dari pada teori.
b. Pengertian IPA
Modern
IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih banyak dari pada praktek. IPA modern memiliki telaahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya.
IPA modern adalah suatu proses IPA di mana penekanan terhadap teori lebih banyak dari pada praktek. IPA modern memiliki telaahan yang bersifat mikroskopik, yakni sesuatu yang bersifat detail dan berskala kecil. Selain itu, IPA modern menerapkan teori eksperimen, di mana ia menggunakan teori yang telah ada untuk eksperimen selanjutnya.
Berdasarkan pengertian IPA Klasik dan IPA Modern
yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa penggolongan IPA menjadi IPA
Klasik dan IPA Modern didasarkan pada konsepsi, yang meliputi cara berfikir,
cara memandang, dan cara menganalisis suatu gejala alam. Namun pada IPA Klasik,
suatu pengetahuan didapatkan dari awal, yakni didasarkan dari hasil eksperimen
yang dilakukan dan kajian pada IPA Klasik lebih dangkal karena terbatas pada
media atau alat bantu penelitian. Sedangkan pada IPA Modern, suatu pengetahuan
diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan dengan berkiblat pada teori yang
telah ada dan dengan bantuan teknologi yang lebih canggih dan maju, maka kajian
dari IPA Modern lebih mendetail. Sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai suatu fenomena alam. Dengan kata lain, dapat disimpulkan
bahwa IPA Modern merupakan pengembangan dari IPA Klasik.
Abad
15
16
19
20
-Pseudo
-Awal
IPA
-revolusi industri -IPA Modern
science
sekarang
-penemuan mesin -alat riset canggih
-Mitos
-Heliosentris
modern: mesin uap -telaah mikroskopik
-logika
-Liberalisme
kertas, cetak, dll
-penemuan
anomali
-Penemuan alat
-penemuan alat
teori sebelumnya
bantu
lebih
baik
-konsep baru
(modern)
¯
sifat: -mikroskopis
-analisis tinggi
-abstraksi dalam
Diagram Periode
Pengembangan IPA
4. Peranan Matematika
Terhadap IPA
F.Peranan
Matematika dalam IPA
Menurut sejarah, kemampuan manusia untuk dapat
berhitung sama tuanya dengan kemampua manusia untuk dapat menulis, yaitu
sekitar 100 abad yang lalu. Pada awalnya manusia menggunakan kemampuan berhitungnya
untuk mengetahui berapa jumlah barang-barang milik mereka. Misalnya untuk
mengitung jumlah ternak yang mereka miliki, mereka mewakilkan sebuah batu untuk
setiap ternak mereka masuk ke kandang. Dengan demikian mereka dapat mengetahui
jumlah ternak mereka, yaitu sama dengan jumlah batu yang mereka dapat.
Dengan memiliki kemampuan untuk berhitung ini mereka dapat mengetahui apakah ternak mereka masih utuh atau tidak. Begitu pula dalam hal-hal lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memiliki kemampuan untuk berhitung ini mereka dapat mengetahui apakah ternak mereka masih utuh atau tidak. Begitu pula dalam hal-hal lain dalam kehidupan sehari-hari.
Dari keadaan tersebut dapat kita ketahui bahwa
manusia tidak pernah lepas dari matenatika, bahkan pada masa primitive
sekalipun. Seiring dengan perkembangannya matematika selalu mendampingi
ilmu-ilmu lain, tidak terkecuali ilmu pengetahuan alam. Matematika adalah ilmu
pendukung IPA sebagai dasar perhitungan dan logika.
Dalam perkembangannya IPA tidak pernah lepas
dari matematika, bahkan IPA tidak akan bisa berkembang tannpa adanya
matematika. Tanpa matematika manusia tidak dapat mengetahui jarak bumi ke
bulan, manusia tidak dapat mengetahui jarak bumi ke matahari, dan berapa
keliling bumi.
Berkat
bantuan matematikalah Erathotenes (240 SM) dapat mengetahui berapa keliling dan
diameter bumi. Pada tanggal 21 Juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari
berada tepat di atas kepala. Saat yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500
Mil tepat berada disebelah utara Syene matahari jatuh dnegan membentuk 7,4o. Ini dapat diukur
melalui bayang-bayang sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka
keliling bumi atau besarnya bumi dapat dihitung secara matematika. Dengan
demikian Erathotenes dapat menghitung bahwa jari-jari bumi adalah sekitar
24.000 Mil dan diameter bumi sekitar 8.000 Mil.
Hipparchus (150 SM) dapat menghitung jarak bumi
ke bulan. Perhitungannya diilhami oleh ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa
bulan terletak di anatar bumi dan matahari, juga diilhami oleh gerhana bulan
dimana bayang-bayang bumi pada bulan dipergunakan untuk memperkirakan besarnya
bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke bulan adalah sekitar 24.000 Mil.
Aristarchus juga secara matematika mencoba
menghitung jarak bumi ke matahari. Namun karena kesalahan instrumen ia
berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20 kali jarak bumi ke
bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali.
Selain itu masih ada banyak sekali ahli-ahli
matematika yang berjasa dalam IPA, beberapa diantaranya adalah:
1. Phytagoras, ia mengadakan perhitungan pada benda-benda segibanyak.
1. Phytagoras, ia mengadakan perhitungan pada benda-benda segibanyak.
2. Apollonius melakukan perhitungan terahdap
benda-benda bergaris lengkung.
3. Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan
peredaran berbentuk elips dari planet-planet.
4. Huygnes (1695) dapat memecahkan teka-teki
adanya cincin saturnus, perhitungan tentang kecepatan cahaya , yaitu 600.000
kali kecepatan suara ( pada masa itu orang beranggapan bahwa cahaya tak
membutuhkan waktu untuk memancar).
5. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hukum
lintasan peluru, gerak, dan percepatan.
Pada masa sekarang tentunya matematika pun akan
semakin berguna di bidang-bidang lain. Pada zaman modern seperti saat ini,
dalam pembuatan mesin-mesin, jembatan, bendungan, dan bahkan perjalanan ke luar
angkas pun tidak mungkin terlepas dari peranan matematika, termasuk ilmu
pengetahuan alam yang akan selalu membutuhkan matematika di dalam
perkembanganya.
Jadi, Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) memiliki peran dan hubungan erat baik dalam hal bahasa maupun hitungan
dan sebagainya. Matematika menjadi dasar perhitungan dan logika untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain. Sebagaimana yang telah kita dengar bahwa memang
Ilmu Matematika adalah gudanganya ilmu dari semua bidang ilmu yang ada.
G.Disiplin dan Multi Disiplin IPA
Multidisiplin dan Interdisiplin Ilmu
Multidisiplin ilmu merupakan ilmu pengetahuan
yang cakupan pembahasannya menggunakan lebih dari satu kelompok disiplin ilmu,
misal kelompok IPA dan IPS. Contoh multidisiplin ilmu adalah lingkungan, yang
dapat mengolaborasikan ilmu IPA dan IPS.
Sedangkan Interdisiplin ilmu merupakan ilmu
pengetahuan yang cakupan pembahasannya menggunakan satu kelompok disiplin ilmu
saja. Contoh interdisiplin ilmu adalah ilmu computer yang dikembangkan dari
disiplin IPA.
Perkembangan interdisiplin IPA pun cukup banyak
dan berkembang sangat pesat. Sehingga perkembangan tersebut sangat mempengaruhi
pola pandang dan kehidupan sosial saat ini. Oleh karena itu, suatu ilmu yang
dikembangkan berdasarkan interdisiplin ilmu tetapi karena dampak sosial perlu
diperhitungkan, sehingga pembahasannya berubah menjadi multidisiplin ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar