“MASALAH
SOSIAL (KEMISKINAN)”
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
Dosen:
Sara Sahrazad M.Si
Disusun
Oleh:
Faris
Waqi Alkaf
R
3 C
201401500303
FIPPS
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
2015
Kata Pengantar
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, atas segala limpahan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang salah satu kemiskinan
yang ada di Indonesia. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapakan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini,semoga mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan YME.
Sebagai manusia biasa,penyusunan laporan ini tidak
luput dari kesalahan dan banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan. Terima kasih.
Jakarta,
Oktober 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar
.........................................................................................................i
Daftar
isi...................................................................................................................ii
Bab
I Pendahuluan
A. Latar
belakang.............................................................................................iii
B. Identifikasi
masalah....................................................................................iii
C. Perumusan
masalah.....................................................................................iv
D. Tujuan.........................................................................................................iv
E. Sistematika
penulisan..................................................................................iv
Bab
II Pembahasan
A. Definisi
Kemiskinan.....................................................................................1
B. Indikator
Terjadinya Kemiskinan................................................................2
C. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Kemiskinan...........................................3
D. Cara
Mengatasi Kemiskinan........................................................................5
E. Contoh
Kasus Kemiskinan...........................................................................6
Bab
III Penutup
A. Simpulan
...................................................................................................11
Daftar
Pustaka........................................................................................................12
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Keadaan
perekonomian dewasa ini sangat meprihatinkan yang kita ketahui khususnya di
Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang menyangkut mengenai
kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan, masalah pengangguran,
masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut timbul akibat semakin
meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak di sesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga kini kemiskinan menjadi bagian
dari persoalan terberat dan paling krusial di dunia ini. Pada kesempatan ini
penulis mencoba memaparkan beberapa kasus kemiskinan yang ada di
Indonesia(negara berkembang) yang nota-benenya ada di belahan Asia kemudian
juga memaparkan secara spesifik mengenai kemiskinan yang ada di negara
Indonesia. Adapun yang dimaksudkan negara berkembang adalah negara yang
memiliki standar pendapatan rendah dengan infrastruktur yang relatif
terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia dengan norma secara
global.
B. Identifikasi Masalah
Dari
permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Apa
definisi dari kemiskinan ?
2. Apa
indikator terjadinya kemiskinan ?
3. Faktor
apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan ?
4. Bagaimana
cara mengatasi kemiskinan ?
5. Contoh
kasus kemiskinan ?
C. Rumusan Masalah
Dalam kamus ilmiah
populer, kata “miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang ada tidak
mencukupi kebutuhan). Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang yang sangat
miskin. Secara etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat
dengan masalah konsumsi.
D. Tujuan
Adapun
maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini,yaitu sebagai berikut :
1. Menumbuhkan
kesadaran masyarakat indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan
serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
2. Memberikan
informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapai kemiskinan yang merupakan
tantangan global dunia ke-3.
3. Untuk
mengetahui sejauh mana upaya pemerintahan dalam mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
4. Makalah
ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia.
E . Sistematika penulisan
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Identifikasi masalah
C. Perumusan masalah
D. Tujuan
E. Sistemika penulisan
Bab II Pembahasan
A.Definisi Kemiskinan
B.Indikator Terjadinya Kemiskinan
C.Faktor-Faktor yang Menyebabkan
Kemiskinan
D.Cara Mengatasi Kemiskinan
E.Contoh Kasus Kemiskinan
Bab III Penutup
Simpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “miskin” mengandung
arti tidak berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan). Adapun kata
“fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini
berpula sejak masa neo-klasik dimana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi
negatif (ketidak seimbangan) antara pekerja dengan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam
arti minimnya materi yang dimana mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia
pada zaman modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka perkembangan arti definitif daripada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan
berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan
memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan
komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali
Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyedia lapangan kerja di
berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan
pendapat diatas adalah bahwasannya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan
faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidak berdayaaan masyarakat terhadap
sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisiyang
sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan
kemiskinan struktural.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian :
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang
termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah
garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minum :
pangan,sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih berada
dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat
dengan sikap masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak yang lain yang membantunya.
B.
Indikator- indikator kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita
untuk menelusuri segala detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun
indikator-indikator kemiskinan sebagaimana dikutip dari badan pusat statistika,
antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan,dan papan).
2. Tidakadanya
akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan,sanitasi,air bersih, dan transportasi).
3. Tidak
adanya jaminan masa depan ( tidak adanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan
terhadap goncangan yang bersifat individual massa.
5. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya
apresiasi dalam kegiatan sosial
masyarakat.
7. Tidak
adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
9. Ketidakmampuan
dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban KDRT, janda
miskin, kelompok marginal dan terpencil).
C.
Faktor-faktor
kemiskinan
Ada dua kondisi penyebab kemiskinan bisa terjadi,
yaitu kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat
sumber daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan
bencana alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat
kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang
tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan
tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan
yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Dibawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut
pendapat Karimah Kuraiyyim yang antara lain adalah :
1. Merosotnya
standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Ø Yang
penting digaris bawahi disiniadalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas
berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan
pendapatan per-kapita:
-
Naiknya standar perkembangan suatu
daerah
-
Politik ekonomi yang tidak sehat.
-
Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
1. Rusaknya
syarat perdagangan
2. Beban
hutang
3. Kurangnya bantuan luar negeri, dan
4. Perang.
2. Menurunnya
etos kerja dan produktifitas masyarakat
Ø Terlihat
jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh
karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus di
dukung oleh SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang
bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal.
3. Biaya
kehidupan yang tinggi.
Ø Melonjak
tingginya biaya kehidupan disuatu daerah adalah sebagai akibat tidak adanya
keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konskuensi logis dari realita diatas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena
kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita didepan publik dan
banyaknya pengangguran. Pembagian subsidi income pemerintah yang kurang merata.
Hal
ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan
untuk para warga miskin, juga secara
tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan disisi lain rakyat
miskin masih terbebani oleh pajak negara.
Selain
itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini, diantaranya :
ü Terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan
ü Terbatasnya
akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan dan sempitnya lapangan
pekerjaan
ü Kurangnya
pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
ü Kurangnya
penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan seseorang
ü Memburuknya
kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam
ü Besarnya
beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga
ü Tata
kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas
dan pelayanan public, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap
masyarakat.
D.
Cara
Mengatasi Kemiskinan
1. Pemerintah
harus menyediakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan, agar dapat membantu
masyarakat dalam memecahkan masalah kehidupan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari anggota keluarganya.
2. Jangan
menjadi pemalas! Selain pemerintah, masyarakat juga harus ikut andil dalam
mensejahterakan kehidupan. Apabila masih belum ada lowongan pekerjaan,
masyarakat bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, lebih bagus jika
lapangan pekerjaan buatan sendiri itu bisa menampung orang lain untuk menjadi
karyawan kita.
3. Bantuan
pendidikan dan kursus gratis dari pemerintah kepada masyarakat kurang mampu
agar dapat melanjutkan sekolahnya tanpa bingung soal biaya. Kursus menjahit,
memasak untuk ibu-ibu atau bapak-bapak, serta menyediakan fasilitasnya, seperti
mesin jahit dan peralatan memasak agar setelah kursus, para bapak dan ibu
tersebut bisa langsung mempraktikan keahliannya di lingkungan dimana mereka
tinggal.
E.
Contoh
Kemiskinan
KASUS 1 :
Kandang
kambing yang ditempati oleh Hidayat dan keluarganya.

Keterbatasan
ekonomi membuat warga Kecamatan Katapang, Bandung, Jawa Barat terpaksa
tinggal di kandang kambing. Hidayat bersama keluarganya diketahui
sudah tinggal di kandang kambing tersebut sejak 5 tahun terakhir.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (13/10/2014), Hidayat beserta istri dan ketiga anaknya menjalani kegiatan sehari-hari di rumah yang sejatinya merupakan bekas kandang kambing milik saudaranya tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Hidayat yang kehilangan pekerjaan setelah mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kakinya patah kini hanya mencari nafkah dengan mengumpulkan barang rongsokan. Sementara istrinya bertugas mengumpulkan kayu bakar untuk dijual.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (13/10/2014), Hidayat beserta istri dan ketiga anaknya menjalani kegiatan sehari-hari di rumah yang sejatinya merupakan bekas kandang kambing milik saudaranya tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Hidayat yang kehilangan pekerjaan setelah mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kakinya patah kini hanya mencari nafkah dengan mengumpulkan barang rongsokan. Sementara istrinya bertugas mengumpulkan kayu bakar untuk dijual.
Sulitnya mencari uang membuat
keluarga ini akhirnya memilih tinggal dalam kondisi yang tidak layak. Mereka
membangun sebuah bilik di atas bekas kandang kambing.
Meski bantuan dari tetangga kerap diterima, keluarga Hidayat mengaku belum pernah sekalipun mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Padahal lokasi rumah kandang kambingnya berada sangat dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. (cr: Liputan6)
Meski bantuan dari tetangga kerap diterima, keluarga Hidayat mengaku belum pernah sekalipun mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Padahal lokasi rumah kandang kambingnya berada sangat dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. (cr: Liputan6)
Cara mengatasi masalah kemiskinan:
·
Perbaikan akses pangan, kesehatan dan pendidikan bagi
orang miskin
·
Penciptaan lebih banyak lagi lapangan kerja
·
Pembentukan jaring pengaman sosial untuk melindungi
mereka yang rentan
Kemiskinan
harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia
sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk
mengurus persoalan kemiskinan.
KASUS 2
Aceh
Dalam Jeritan Kemiskinan dan Pengangguran

Tahun 2015 merupakan puncak
jeritan rakyat. Aksi mahasiswa dan buruh mewarnai kondisi negeri ini tak
terkecuali Aceh. Kondisi kemiskinan ini diperparah dengan pengangguran yang
terus meningkat. Menurut data BPS September 2014, jumlah penduduk miskin di Provinsi
Aceh mencapai 837.000 orang atau sekitar 16,98%. (Harian Medan
Bisnis,08/01/2015). Bahkan yang lebih ironis adalah Aceh termasuk dalam tiga
besar tingkat kemiskinan se Indonesia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
juga mencatat jumlah pengangguran di Aceh per Maret 2014 mencapai 145 ribu
orang. (Okezonenews, 10/09/2014)
Tidak dapat dipungkiri bahwa
meningkatnya kemiskinan dan pengangguran akan menimbulkan ancaman yang lainnya
berupa tindakan kriminal. Terbukti bahwa pada tahun ini tindakan kriminal mencapai
174 kasus (baca : kasus yang terdata). Sebagai warga negara Indonesia khususnya
masyarakat Aceh tentu merasa khawatir akan masa depan yang penuh dengan
persaingan. Himpitan ekonomi dan lapangan kerja yang sempit diperparah dengan
kehadiran MEA 2015 akan semakin mengancam kehidupan masyarakat Aceh.
Jika kita menelusuri lebih
mendalam akan kita temui bahwa kekayaan alam di Indonesia khususnya Aceh begitu
dinikmati oleh sekelompok orang saja (baca : Pemilik modal) baik dari pihak
swasta asing maupun swasta dalam negeri. Suatu hal yang wajar bila APBA
nanggroe ini kurang, sebab SDA yang menjadi pemasukan terbesar kas negara
beralih ke kantong pemilik modal, akibatnya adalah pembangunan dan kebutuhan
rakyat menjadi terhambat.
Untuk menjalankan pembangunan dan
memenuhi kebutuhan rakyat, Indonesia termasuk Aceh yang menerapkan sistem
Kapitalisme menempuh langkah berupa kenaikan pembayaran pajak, mengambil jalan
pintas berupa hutang ke luar negeri, memangkas Subsidi dan merangkul para
investor untuk menanamkan modalnya di negeri yang mempesona ini. Menurut
perincian Peraturan Menteri Keuangan (PMK) pendapatan Aceh yang bersumber dari
dana bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak yang dimuat dalam Keputusan
Menteri Dalam Negeri sebesar Rp 468 miliar, dan pendapatan Aceh yang bersumber
dari pajak sebesar Rp 622 miliar. Sedangkan tambahan dana dari bagi hasil
minyak dan gas bumi hanya sebesar Rp 827 miliar. Hal ini menunjukkan kepada
kita bahwa pemasukan APBA lebih dominan dari pembayaran pajak bukan dari pengelolaan
SDA yang melimpah. (Tempo.co, 25/02/2013)
Akar permasalahan kemiskinan dan
pengangguran tidak hanya terletak pada pemimpin yang membuat kebijakan, sistem
yang diterapkan di negeri ini juga perlu dikoreksi lagi. Pasalnya sistem
Demokrasi-Kapitalisme tidak mampu menyelesaikan permasalahan rakyat secara
keseluruhan, melainkan bersifat parsial (sementara). Dalam sistem ekonomi
Kapitalis memberikan kebebasan kepada siapa saja untuk menguasai SDA, karena
bagi sistem ini kepemilikan umum adalah kepemilikan individu. Tentu ini adalah
pandangan yang bathil dan merugikan negara. Namun berbeda halnya dengan sistem
perekonomian Islam yang memandang bahwa kepemilikan umum harus dikelola oleh
negara yang hasilnya akan diserahkan kepada umat dalam bentuk pembangunan,
pelayanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
Selain itu juga
penerapan konsep ribawi oleh sistem kapitalis adalah awal hancurnya ekonomi
bangsa. Ditambah lagi dengan konsep ekonomi sektor non real yang juga berefek
pada ambruknya ekonomi. Satu-satunya solusi untuk mengakhiri kemiskinan dan
pengangguran adalah dengan menjalankan sistem perekonomian Islam secara
menyeluruh. Namun hal ini tidak akan pernah terjadi bila sistem Islam
diterapkan dalam negara sekuler, melainkan harus tegak dalam negaranya sendiri
yaitu Khilafah. Saatnya bersyariah dan tinggalkan sistem Demokrasi-Kapitalisme.
BAB III
Penutup
A. Simpulan
1.
Kondisi kemiskinan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan
rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu
layanan pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat penanganan khusus dan
terpadu dari pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
2.
Faktor penyebab kemiskinan ada dua, yaitu faktor alami dan faktor buatan.
Selain kedua faktor tersebut ada faktor lain yang menimbulkan kemiskinan,
yaitu:
Kurang
tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak.
Kurangnya
dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak mendapatkan haknya atas
pendidikan dan kesehatan yang layak.
Rendahnya
minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya .
Kurangnya
dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian.
Wilayah
Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah dengan perhatian yang sama.
3.
Penanggulangan masalah kemiskinan diwujudkan oleh pemerintah dalam bentuk
Sasaran Pembangunan dan Arah Kebijakan Pembangunan Tahun 2007. Keberhasilan
program menurunkan kemiskinan tidak akan tercapai tanpa adanya kerja-sama yang
baik dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat .
Daftar Pustaka
(di akses 01
Oktober 2015)
September 2015)
Liputan6.com,Jakarta
https://appifrend.wordpress.com“
makalah-masalah-kemiskinan dan-
penanggulangannya.”